Kwan Sing Bio, sebuah kelenteng yang megah di Tuban. Kelenteng ini sangat ramai dikunjungi oleh etnis Tionghoa, konon karena kekeramatannya. Kelenteng ini diklaim sebagai satu-satunya kelenteng di Indonesia yang menghadap laut bebas. Sebenarnya di Tuban terdapat dua kelenteng. Satu kelenteng lagi berada di dekat alun-alun Tuban, Tjoe Ling Kiong. Namun dari sisi luas bangunan dan juga pengunjung, nama Kwan Sing Bio seolah menenggelamkan keberadaan saudara tuanya itu. Kwan Sing Bio berdiri di tepian laut bukan sebuah perencanaan yang matang, namun sebuah kebetulan dan kedaruratan semata. Paling tidak ini adalah salah satu versi cerita sejarah berdirinya kelenteng megah ini. Dahulu kala, terdapat kelenteng yang berada di Kecamatan Tambakboyo, sekitar 30 kilometer arah barat Kota Tuban. Suatu saat para pengurus kelenteng akan memindahkan arca Kwan Kong menuju daerah Surabaya melalui jalur laut. Ternyata ketika berada di perairan Tuban, kapal kandas menghantam karang. Berbagai upaya untuk menarik kapal tidak berhasil hingga akhirnya muncul petunjuk untuk membangun kelenteng darurat di pantai Tuban tersebut. Pada masa orde baru, kelenteng merupakan sebuah rumah ibadah yang diperuntukkan bagi tiga umat agama, karenanya sering dikenal dengan nama TITD (Tempat Ibadah Tri Dharma), yaitu Budha, Taoisme dan Konghucu. Semangat anti Tionghoa pada masa itu, mengharuskan semua bentuk kebudayaan Tionghoa tidak boleh dipertunjukkan kepada masyarakat umum, bahkan nama pun harus diganti dengan nama Indonesia. Ah… dasar Paman!… Bangunan kelenteng Kwan Sing Bio terus berkembang, terutama di bagian belakang. Keindahan arsitektur Tiongkok dapat kita saksikan disini, tanpa harus membayar fiskal tentunya. Seperti halnya kelenteng besar di kota lainnya, perayaan Imlek berlangsung sangat meriah di kelenteng ini. Bukan hanya barongsai, wayang tionghoa (wayang titi), pesta kembang api hingga atraksi kungfu pun digelar dan menjadi tontonan gratis bagi masyarakat umum..
Siiiiip Bro
BalasHapus