SI TOMBOY JATUH CINTA
Pagi itu seperti biasa Melly gadis tomboy berambut cepak dengan bulu mata yang lentik menatap setiap sudut sekolah seperti sedang mencari seseorang dengan gerakan yang lemas, tangannya tampak mendribel bola basket yang dari tadi dibawanya dari rumah. Dengan langkah santai cewek yang berseragam putih dengan rok abu-abu setinggi lutut itu melangkah menuju sebuah kelas, tiba-tiba dating tiga orang anak perempuan berparas feminism dan bergaya centil sedang menghampirinya.“Pagi tomboy, pagi-pagi gini kok udah pegang bola?” ucap Maya, cewek yang merupakan pemimpin dari geng (sweety) geng 3 cewek itu.“Aduch marahnya serem dech!!” ucap Noli, cewek berambut panjang salahsa tu personil geng sweety, sambil duduk di bangku masing-masing.Tak berapa lama datang seorang cewek berambut panjang dengan gaya trendy dan feminism duduk di samping Melly.“Siang amat sich loe berangkatnya?” ucap Melly.“Ya nich gue ……….. tadi mobilnya mogok!” ucap Shintya sahabat Melly.“Oh gitu ya …… Mogok apa janjian ama cowok yang loe taksir yang sekolah di SMA Nusa, kan tempatnya nggak jauh dari sini?” ucap Melly.“Kalo ya emang kenapa ye …. daripada loe kerjaannya tiap pagi ketemu bola, ntar istirahat bola basket, jam kosong bola basket lagi!” ucap Sintya. “Ya udah donk daripada loe kerjaannya dandan terus, centil kayak geng sweety saja nyebelin tau!” ucap Melly.“Ih Mel udah donk, biar gini gue kan sahabat loe juga!!” ucap Sintya.“Ya dech bercanda yang tadi!” ucap Melly sambil merendah.Setelah pelajaran dimulai semua anak tampak mengikuti pelajaran dengan serius. Setelah semua pelajaran di sekolah selesai semua anak mulai berhamburan meninggalkan sekolah. Sore itu seperti biasa Melly mendatangi rumah Sintya untuk curhat.“Sin loe kok kerjaannya dandaaaan terus genit banget sich!” ucap Melly.“Aduch, Melly ampun dech!! Lagi pula aneh banget sich, loe kan cewek kok nggak suka dandan? Kita kan kaum hawa udah ditakdirkan kayak gini kalaupun ada cewek yan nggak suka dandan berarti ceweknya yang aneh”.“Tega y aloe ngatain gue aneh!” ucap Melly.“Lagian ngapain juga loe tanya gitu? Jujur ya Mel gue pengen banget lihat loe berubah jadi manis, cantik nggak jutek kayak gini!” ucap Sintya.“Idih jangan ngarep dech gue berubah, amit-amit dech gue jadi centil kayak loe” ucap Melly.“Ya dech gue percaya loe aliergi make up!” ucap Sintya.“Sin, jangan ngeledek terus donk, nggak alergi juga kaleee …..cuman males aja”, ucap Melly sambil tertawa.Keesokan harinya di sekolah.“Pagi Melly”, ucap Sintya. “Ngapain loe Sin pagi-pagi udah cengar-cengir kesambet ya?” tanya Melly. “Y nggak lah, eh tau nggak ntar malam Revan ngajak gue jalan”, ucap Sintya. “Ya itu doing, nggak tertarik gue”.“Ya iya loe itu tertarik Cuma sama bola basket terus loe juga alergi cowok ya?” sindir Sintya. “Nggak juga tuch, tapi bagi gue cowok itu nggak penting daripada loe nggak bisa hidup tanpa cowok”, balas Melly. “Udah udah gue nggak mau berdebat am aloe lagi!” Sintya mengakhiri pembicaraan. Pelajaran dimulai dari pagi hingga siang hari, saat pulang sekolah tiba semua siswa telah meniggalkan sekolah. Malamnya, Sintya di rumah tampak bingung mempersiapkan sesuatu. “Mel, menurut loe, gue cantik pake gaun yang mana?” tanya Sintya.
“Ah loe tanya gituan ke gue, minta pendapat nyokap loe aja gue nggak ngerti ah”, jawab Melly. “Ye …emang loe itu paling demen pakai kaos sama skater, nyebelin!” ucap Sintya sambil ngambek. “Ya, emang gue nggak punya kesamaan ama loe”, jawab Melly.
“Ya udah minggir gue mau minta pendapat nyokap”, ucap Sintya sambil jalan. Setelah semuanya selesai, Sintya tampak memasuki mobil dan Melly pun menyertainya. Kemudian mobil Sintya berhenti di depan rumah Melly dan tampak Melly turun dari mobil kemudian masuk ke dalam rumahnya, setelah itu mobil Sintya tampak melesat menuju sebuah café. Kemudian Sintya duduk di salah satu bangku sambil menunggu seseorang, tak berapa lama dating seorang cowok dengan postur tubuh yang tinggi dan rambut tertata rapi, dengan gaya yang trendy cowok itu melangkah duduk di bangku di sebelah Sintya. “Udah lama ya, Sin?” tanya cowok itu sambil senyum. “Nggak kok baru juga 5 menit Van”, ucap Sintya. “Jadi gini Sin gue …...gue ngajak loe ketemuan disini karena gue…….pengen ngomong something ke loe”, ucap Revan dengan gugupnya. “Ya udah donk ngomong aja biasanya gimana sich kalau sama gue”, ucap Sintya dengan penasaran. “Nggak jadi dech gue mau kasih ini aja buat loe”, ucap Revan sambil memberikan sebuah kotak pada Sintya. Kemudian Sintya membuka kotak itu ternyata kotak itu berisi sebuah kotak musik dan di dalamnya terdapat kertas berwarna pink berbentuk hati dengan tulisan “I LOVE YOU, Be my love”.“Loe serius Van dengan tulisan yang ada di kertas ini?” tanya Sintya dengan kagetnya. “ya iya donk kalau loe ambil kotak itu berarti loe udah terima cinta gue tapi kalau loe lakikin kotak itu berarti loe nolak cinta gue”, ucap Revan dengan deg-degan.Kemudian Sintya mengambil kotak itu dan berkata“Yes I will be your love”, ucapnya sambil tersenyum pada Revan. Sementara itu sepulang dari café Sintya tak henti-hentinya melihat kotak yang diberikan Revan. Keesokan harinya waktu di sekolah Melly hanya terbengong-bengoong melihat tingkah aneh sohibnya itu. “Sin, loe kok tumben nggak telat?” tanya Melly dengan bingung. “Ya, gue kan udah nggak perlu janjian lagi sama Revan, kapanpun gue mau bisa ketemu sama dia”, ucap Sintya. “Maksud loe? Tafi malam di café dia nembak loe ya dan loe sekarang dah jadian?” tanya Melly penasaran. “Tuch tau”, ucap Sintay. “Pantesan dari tadi muka loe berbinar-binar, selamat dech Sin!” ucap Melly sambil senyum. Tanpa mereka sadari ada dua orang cowok yang masuk kelas mereka, mereka adalah anggota OSIS. “Kita dari OSIS mau ngadain lomba basket antar sekolah dalam rangka HARDIKNAS”, ucap salah satu dari mereka sambil menulis persyaratan peserta. Salah satu cowok (anggota OSIS) berdiri di samping bangku Melly. Dengan badan gemetar Melly mengambil bukunya dalam tas dan tiba-tiba buku itu jatuh ke lantai. “Brakk!!” terdengar suara dari buku Melly jatuh/ “Hati-hati donk!” ucap cowok itu sambil memberikan buku itu pad Melly. “Makasih!” ucap Melly. Kemudian Melly mulai menulis tanpa disengaja bolpen yang dipegang Melly terbalik. “Bolpennya kebalik tuch!” ucap cowok itu sambil membetulkan posisi bolpen yang berada di tangan Melly. Melly hanya bisa menahan senyum melihat kejadian itu dan tak berapa lama setelah dua anak itu keluar bel pun berbunyi tanda istirahat. Kemudian Maya dan dua temannya mendekati bangku Melly. “Eh, gue lihat loe tadi aneh banget pas dideket Randy”, ucap Maya. Randy siapa?” tanya Melly. “Ya, tadi cowok yang ada di samping loe!” ucap Maya. “Loe suka ya sama dia?” tanya Noli sinis. “Eng …gak kok”, jawab Melly. “Awas loe jangan macam-macam, dia itu udah jadi inceran gue”, ancam Maya sambil pergi meninggalkan Melly. “Ya kita lihat aja nanti, ya nggak Mel?” ucap Sintya. “Ya tau tuch Maya, Aneh” ucap Melly. Kemudian setelah pelajaran selesai,semua siswa tampak meninggalkam kelas, namun tidak dengan Melly dan Sintya karena hari itu ada latihan basket dan seperti biasa Sintya selalu menunggu Melly sampai latihan selesai. De tengah latihan tampak Randy dan Rio baru keluar dari ruang OSIS, tiba-tiba bola basket terpental ke arah Randy dan Rendy pun menangkap bola itu, dengan langkah gugup Melly menghampiri Rendy. “Mau ngambil bola ya? Minta yang bagus donk!” ucap Rendy. “Permisi boleh ambil bolanya?” ucap Melly tegang. “Nich bolanya, loe cewek yang tadi ya?” tanya Rendy “I … I … ya …iya”, ucap Melly. “Ayo donk Ran, udah siang nich”, ajak Rio.Kemudian Randy dan Rio berjalan menaiki sebuah mobil dan melesat keluar gerbang sekolah. Setelah melanjutkan latihan Melly dan Sintya segera pulang bersama. “Sin ntar malam loe mau nggak nganterin gue ke took buku?” pinta Melly kepada Sintya. “Aduh sory banget ya Mel, kali ini gue nggak bisa soalnya Revan ngajak gue jalan, nggak apa kan?” ucap Sintya. “Ya udah gue ngerti kok, gue bearngkat sendiri aja”, ucap Melly.Malam harinya Melly segera menuju ke Toko buku untuk membeli buku yang dimaksud, disana dia bertemu dengan Randy. “Hai, loe Randy kan?” tanya Melly. “Eh loe cewek yang tadi siang ya? By the way gue belum tau nama loe tuch!” ucap Randy. “Oh gue Melly”, ucap Melly. “Eh Mel kalau dipikir-pikir kok kita ketemu terus ya?” tanya Randy. “Nggak tau kebetulan kali atau mugnkin Tuhan pengen kita lebih akrab”, ucap Melly. “Eh loe itu beda banget ya ma sahabat loe tu!” rayu Randy. “Loe jujur muji gue? Tapi baru loe satu-satunya cowok yang muji gue”, ucap Melly. “Eh ya ke kasir yuk!” ucap Randy. Setelah membayar buku mereka pun segera pulang, keesokan harinya di sekolah Melly yang baru saja datang dengan dengan Sintya langsung dihadang oleh geng sweety. “Eh Si Tomboy akhir-akhir ini loe makin deket aja ya ama Randy?” tanya Maya. Melly menanggapinya dengan cuek dan masih memental-mentalkan bola yang dibawanya ke tanah. “Eh budek loe ya?” tanya Tarra dengan sinis. “Iya ngomong donk loe!” ucap Maya dengan nada tinggi sambil mengangkat tangannya hendak menampar Melly.Tiba-tiba Randy dating. “Maya ….stop!” teriak Randy.
“Eh, loe Ran, yang tadi loe lihat Cuma bercanda kok”, ucap Maya gugup. “Bercanda gimana, loe hamper celakain Melly tau!” ucap Randy sambil mengajak Melly pergi. Sintya pun melangkah pergi dengan menjulurkan lidahnya kea rah geng sweety. Setelah itu setelah bel istirahat berbunyi, semua anak keluar dari kelas masing-masing. Setibanya di kantin Melly melihat Randy dan menghampirinya. “Ran, makasih ya yang tadi loe udah tolong gue”, ucap Melly.“Nggak apa kok, mereka emang harus ditegasin”, ucap Randy. Semakin hari Melly semakin dekat saja dengan Randy hingga suatu hari Randy dating ke rumah Melly, setelah tau Randy dating Melly pun segera menyuruh masuk.Tumben Ran loe ke rumah gue?” tanya Melly. “Iya mel gue mau ngomong sesuatu sama loe!” ucap Randy gugup. “Mel gue ….gue saying sama loe, loe mau nggak jadi cewek gue?” tanya Randy. “Jujur Ran sejak deket sama loe, gue merasa berubah dan gue….gue juga sayang sama loe”, jawab Melly. Tiba-tiba Sintya dang eng sweety muncul dari balik pintu rumah Melly. “Surprize!!” teriak mereka berempat. Kemudian geng sweety meminta maaf pada Melly dan tidak ada lagi permusuhan antara mereka.
24 Juni 2009
Cerpenku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar